Tibet dan Lalu Lintas – Tibet dikenal sebagai wilayah yang dihindari banyak maskapai penerbangan untuk dilintasi. Salah satu alasan utama adalah karena Tibet termasuk dalam kategori wilayah paling tinggi di dunia, dengan ketinggian rata-rata lebih dari 4.500 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Keberadaan Pegunungan Himalaya yang menjulang, termasuk Gunung Everest, menambah kompleksitas penerbangan di area ini. Ketinggian yang ekstrem tidak hanya menghadirkan tantangan teknis bagi pesawat, tetapi juga meningkatkan risiko keselamatan. Penerbangan di ketinggian tinggi memerlukan penanganan khusus untuk memastikan bahwa pesawat dapat beroperasi dengan aman di lingkungan yang kurang oksigen.
Faktor geografi ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak maskapai memilih untuk menghindari rute di atas Tibet, meskipun potensi untuk menghubungkan kawasan ini dengan destinasi lain ada. Keselamatan penumpang dan kru adalah prioritas utama, sehingga maskapai lebih memilih untuk mengambil rute yang lebih aman meskipun mungkin lebih panjang.
Penerbangan di Atas Tibet: Kenapa Jalur Utara dan Selatan Lebih Dipilih?
Jika kita melihat data dari flightradar24, seperti yang dikutip pada Rabu (18/9/2024), terlihat bahwa sebagian besar pesawat terbang memilih untuk melintasi jalur utara dan selatan dari wilayah Tibet. Sementara itu, langit di atas Tibet tampak kosong dari aktivitas penerbangan.
Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa maskapai penerbangan menghindari rute di atas Tibet, mengingat tantangan yang dihadapi terkait dengan ketinggian dan kondisi geografis yang ekstrem. Pilihan untuk terbang di jalur utara dan selatan bukan hanya berkaitan dengan keamanan, tetapi juga efisiensi operasional. Dengan menghindari area tinggi, pesawat dapat menjaga performa optimal dan mengurangi risiko yang dapat timbul akibat perubahan cuaca atau kondisi lainnya.
Keputusan ini mencerminkan pendekatan yang hati-hati dalam industri penerbangan, di mana keselamatan penumpang selalu menjadi prioritas utama. Dengan demikian, sementara banyak rute penerbangan yang bisa diambil, maskapai lebih memilih jalur yang terbukti lebih aman dan dapat diandalkan.
Alasan Pesawat Menghindari Wilayah Tibet: Keselamatan di Ketinggian Tinggi
Pesawat menghindari wilayah Tibet karena medan yang cukup tinggi, dengan ketinggian rata-rata di atas 14.000 kaki (sekitar 4,26 kilometer). Ketinggian ini menciptakan tantangan serius bagi penerbangan, terutama dalam keadaan darurat, seperti dekompresi kabin. Meskipun pesawat biasanya terbang pada ketinggian jelajah antara 30.000 kaki (sekitar 9,14 km) hingga 42.000 kaki (sekitar 12,8 km), jika terjadi masalah, mereka perlu turun ke ketinggian 10.000 kaki (sekitar 3,04 km) untuk mendapatkan oksigen yang cukup bagi penumpang dan kru.
Namun, karena ketinggian wilayah Tibet yang ekstrem dan terbatasnya bandara pengalihan, maskapai penerbangan memilih untuk tidak terbang di atas area ini demi alasan keamanan. Dalam situasi darurat, kemungkinan untuk mendarat dengan aman menjadi sangat sulit, dan risiko yang terkait dengan penerbangan di atas area pegunungan tinggi sangat tinggi.
Keputusan ini mencerminkan perhatian yang besar terhadap keselamatan penumpang, dan menggarisbawahi pentingnya perencanaan rute penerbangan yang aman. Dengan menghindari wilayah Tibet, maskapai tidak hanya melindungi penumpang, tetapi juga memastikan bahwa mereka dapat menangani keadaan darurat dengan lebih efektif jika diperlukan.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.