Menanggapi tuduhan yang mengaitkan dirinya dengan momen kontroversial, Shiraz memberikan klarifikasi yang penting. Dalam pernyataannya yang diunggah di media sosial, dia berusaha menjelaskan bahwa tindakannya tidak seburuk yang dipersepsikan oleh publik.
Sebuah tangkapan layar komentar yang beredar mengungkapkan ucapan Shiraz, di mana ia menekankan bahwa intinya tidak ada niat untuk memelototi Nadeen Ayoub. Dalam penjelasannya, ia mengatakan bahwa fokusnya hanya pada kontestan lain saat mereka tampil di atas panggung.
Pentingnya Memahami Konteks dalam Setiap Tindakan Publik
Shiraz menyatakan, “Menambahkan bahasa dramatis pada sebuah situasi biasa hanya akan membawa kesalahpahaman.” Pernyataan ini menggambarkan kekhawatirannya terhadap penafsiran salah atas tindakannya yang justru menambah ketegangan antara dua pihak.
Dia menegaskan peran publik untuk mempertimbangkan dampak dari sebuah viralitas. “Mengorbankan orang lain demi mendapatkan perhatian adalah perilaku yang harus dihindari,” ujarnya, menunjukkan pentingnya empati dalam komunikasi publik.
Shiraz bukan hanya seorang pengusaha, tetapi juga seorang sosok yang baru dinobatkan sebagai Miss Israel pada Juli 2025. Di balik gelar tersebut, ia memiliki visi untuk menciptakan jembatan komunikasi di antara berbagai budaya.
Transformasi Gelar Menjadi Sarana Perubahan Sosial
Sejak dinyatakan sebagai Miss Israel, Shiraz bertekad untuk mengubah persepsi tentang gelar tersebut. Dalam wawancaranya dengan media, ia menyatakan bahwa gelarnya lebih dari sekadar simbol kecantikan, tetapi juga alat untuk menghasilkan dampak positif.
“Saya ingin menunjukkan bahwa gelar ini dapat menjadi kekuatan untuk koneksi dan pemahaman,” ungkapnya. Ia percaya bahwa dengan berkontribusi, dia dapat membangkitkan rasa bangga di antara masyarakatnya.
Shiraz sangat menyadari tanggung jawab yang datang bersama gelarnya. “Saya berjuang untuk menjadikan suara kami didengar, untuk membela hal-hal yang berarti bagi semua orang,” katanya bersemangat, menunjukkan niatnya untuk mempromosikan dialog dan keterlibatan sosial.
Menghadapi Reaksi Keras dari Publik dan International
Seiring dengan popularitasnya, Shiraz juga menghadapi kritik yang kian intens. Di tengah kritik internasional terhadap tindakan Israel di Gaza, ia menerima banyak komentar negatif melalui media sosial. Komentar-komentar tersebut sering kali sangat langsung, mengarah pada nama panggilan yang menyakitkan.
Dalam banyak kesempatan, ia disebut dengan istilah “Miss Genocide.” Situasi ini menunjukkan bagaimana identitas seseorang dapat digunakan sebagai alat untuk serangan, terlepas dari niat sebenarnya pemiliknya.
Penting untuk mempertimbangkan dampak dari kritik yang ia terima. Pendapat publik, meski kadang menyakitkan, bisa menjadi sarana untuk refleksi diri dan memahami dampak dari tindakan yang diambil.
