Bupati Aceh Selatan telah menjadi pusat perhatian belakangan ini karena keputusannya untuk melaksanakan ibadah umrah di tengah krisis bencana yang melanda wilayahnya. Dalam situasi darurat yang melibatkan banjir dan longsor, keputusan tersebut dianggap sangat tidak sensitif terhadap kondisi masyarakat yang sedang berjuang. Banyak pihak mengecam keputusan Bupati Mirwan MS yang dinilai menyisihkan tanggung jawabnya sebagai pemimpin daerah.
Dengan banjir yang telah melanda 11 kecamatan di Aceh Selatan, langkah Mirwan MS untuk pergi umrah membuat banyak orang mempertanyakan integritas kepemimpinannya. Saat dia berangkat, banyak warga masih terpaksa tinggal di tenda pengungsian karena rumah mereka rusak parah akibat bencana. Tindakan ini menyita perhatian publik, terutama di era di mana pemimpin diharapkan untuk hadir dan memberi dukungan secara langsung pada masa-masa sulit.
Reaksi Masyarakat terhadap Keberangkatan Bupati Aceh Selatan
Masyarakat Aceh Selatan merasa dikhianati dengan keputusan Bupati mereka untuk melaksanakan umrah sementara bencana masih berlangsung. Salah satu warga setempat, Nasrol, meluapkan kekecewaannya, mengungkapkan bahwa banyak yang masih tinggal di pengungsian meski air banjir sudah mulai surut. Rasa sakit dan penderitaan yang dirasakan saat itu membuat tindakan Bupati terasa lebih menyakitkan bagi mereka.
Beberapa warga lainnya juga menyatakan keprihatinan mengenai ketidakberdayaan pemimpin mereka dalam menghadapi bencana. Untuk mengatasi dampak bencana yang begitu besar, masyarakat membutuhkan kehadiran dan dukungan pemerintah yang tangible, bukan sekadar janji di atas kertas. Keberangkatan Bupati untuk melaksanakan umrah dipandang sebagai pengabaian terhadap tanggung jawabnya.
Klaim Stabilitas dari Pejabat Lokal
Di tengah kritik yang meluas, pejabat setempat mencoba menjelaskan alasan di balik keputusan Bupati untuk berangkat. Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan, Denny Saputra, mengungkapkan bahwa kondisi di Aceh Selatan mulai membaik saat keberangkatan Bupati. Menurutnya, debit air sudah surut di beberapa pemukiman, dan situasi dianggap “stabil” untuk dilanjutkannya kegiatan keagamaan.
Pernyataan Denny ini, bagaimanapun, tidak sejalan dengan realitas yang dirasakan warga. Meski air dianggap sudah surut, dampak psikologis dan material dari bencana tersebut masih sangat dirasakan oleh banyak keluarga. Pada saat yang sama, banyak yang mempertanyakan apakah benar ada stabilitas saat masih banyak yang tinggal di tenda pengungsian.
Pembelaan Bupati Aceh Selatan Usai Keberangkatan
Denny juga menegaskan bahwa Bupati telah melakukan kunjungan dan memberikan bantuan sebelum keberangkatannya. Namun, banyak orang merasa kabar baik itu datang terlambat dan tidak cukup untuk menutupi kesan buruk yang ditinggalkan oleh tindakan Bupati. Rasa kekecewaan terus menguat di tengah masyarakat meskipun ada klaim bahwa Mirwan MS telah berupaya membantu di lapangan.
Kunjungan ke lokasi-lokasi terdampak mungkin menggambarkan niat baik, namun haters memandang ini sebagai upaya untuk menutupi tindakan yang tidak pantas. Dengan kepergian Bupati yang berseberangan dengan tanggung jawab yang diembannya, banyak yang merasa bahwa kepemimpinan Mirwan MS patut dipertanyakan.
Penolakan Izin Umrah oleh Gubernur Aceh
Keputusan Bupati untuk umrah juga mendapatkan penolakan dari Gubernur Aceh. Muzakir Manaf menilai bahwa saat itu kondisi Aceh, khususnya Aceh Selatan, sangat tidak mendukung untuk meninggalkan wilayah tersebut. Hal ini menambah cerita yang lebih kompleks, di mana tindakan Bupati justru berlawanan dengan rekomendasi dari atasan.
Bupati tidak melanjutkan komunikasi yang baik dengan Gubernur, dan hal ini menciptakan kontras antara harapan tinggi masyarakat dan realitas kepemimpinan saat ini. Pihak pemerintah menyatakan bahwa mereka mencoba mempertahankan kondisi selama bencana, tetapi kepergian Bupati justru menambah derita di hati masyarakat yang kehilangan banyak akibat banjir.
Pergeseran Posisi dalam Partai Politik sebagai Akibat Keputusan Bupati
Keputusan yang diambil Bupati Aceh Selatan untuk berangkat umrah juga berdampak pada posisinya di Partai Gerindra. Sugiono, Sekjen Partai Gerindra, menyatakan bahwa tindakan tersebut sangat disayangkan dan mencerminkan kepemimpinan yang tidak tepat. Sebagai akibat dari tindakannya, DPP Gerindra memutuskan untuk mencopot Mirwan dari posisinya sebagai Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan.
Pergeseran posisi ini menunjukkan bahwa tindakan seorang pemimpin tidak hanya berdampak pada masyarakat yang dipimpinnya, tetapi juga pada reputasi dan karir politiknya sendiri. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi pemimpin lain tentang pentingnya mempertimbangkan setiap keputusan yang diambil, khususnya dalam konteks krisis kemanusiaan.
