Keberhasilan menjejakkan kaki di puncak tertinggi Oseania, Pegunungan Jayawijaya di Papua, adalah pencapaian yang sangat mengesankan. Hal ini menciptakan perasaan beragam yang sulit diungkapkan.
Abdul Kholik, seorang pemadu pendakian, menyatakan betapa bahagianya ia bisa melihat salju di negara sendiri. Menurutnya, fenomena ini adalah satu dari keajaiban dunia yang membuatnya merasa terhormat dapat menyaksikannya secara langsung.
Namun, di balik rasa syukur yang mendalam, terdapat kesedihan yang menghadang. Abdul menyadari bahwa salju abadi kini semakin menipis dan terancam punah, membuat pengalamannya terasa seperti “momen sekali seumur hidup” yang harus dihargai.
Kejutan dan Keindahan Puncak Jayawijaya yang Menakjubkan
Bagi seorang pendaki, keindahan yang ditawarkan oleh Pegunungan Jayawijaya sangat luar biasa. Melihat langsung keindahan salju di tengah negara tropis adalah pengalaman yang tidak bisa dilupakan.
Dengan lebih dari seribu kali pendakian, Abdul memiliki pengalaman yang kaya di dunia pendakian. Namun, pendakian ke puncak ini membawa makna yang lebih dalam bagi dirinya.
Saat mengabadikan momen dari ketinggian 4.200 mdpl pada 29 Oktober 2025, ia merasa terhubung dengan alam dengan cara yang lebih intim. Setiap foto dan video yang diambil menjadi saksi bisu akan keindahan dan keanggunan pegunungan tersebut.
Pentingnya Melestarikan Lingkungan Pegunungan Jayawijaya
Keberadaan gletser yang perlahan menghilang menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Abdul merasa memiliki tanggung jawab untuk menyebarluaskan kesadaran akan isu ini kepada masyarakat luas.
Dalam upaya melestarikan alam, banyak pendaki yang mulai memikirkan cara-cara untuk berkontribusi. Mereka berharap bahwa generasi mendatang dapat menikmati keindahan yang sama.
Kesadaran akan perubahan iklim yang mengancam pengunungan ini membawa tantangan tersendiri. Pendaki perlu melakukan lebih dari sekadar menikmati keindahan; mereka perlu berjuang untuk menyelamatkannya.
Menyiapkan Diri untuk Pendakian yang Sukses di Jayawijaya
Persiapan adalah kunci untuk sukses dalam pendakian. Menyusun rencana yang baik dan memperhitungkan berbagai aspek sangatlah penting.
Biasanya, pendaki perlu mempersiapkan fisik serta mental mereka, seperti dengan melakukan latihan yang cukup. Dalam hal ini, kondisi tubuh yang prima menjadi modal utama saat menghadapi tantangan di jalur pendakian.
Biaya juga menjadi perhatian, dengan perkiraan menghabiskan antara Rp 90─100 juta untuk menyelesaikan ekspedisi. Jumlah ini mencakup berbagai persiapan, termasuk perlengkapan dan logistik yang diperlukan.
